Pages

Jan 14, 2013

Ini Cara Saya Mengolah Perca Flanel

Selamat sore teman. Kali ini saya akan berbagi sedikit cerita atau tips mengolah limbah produksi (perca kain flanel) menjadi lebih bermanfaat. Yah, hampir dipastikan setiap selesai produksi (baca: berkreasi), pastilah menghasilkan buangan/sisa kain.


Saya pribadi, tidak sengaja 'mengkoleksi limbah' dari sisa guntingan, buangan akibat salah potong, atau buangan akibat proses trial and error. Limbah kain yang dihasilkan setiap kali saya selesai produksi, saya masukkan ke dalam sebuah kotak (kardus bekas) sampah. Dan tidak terasa, kotak sampah saya sudah penuh dengan limbah. Awalnya saya berpikir untuk membuang saja sisa kain itu daripada menumpuk. Tapi rasanya sayang kalau limbah itu harus dibuang begitu saja. Akhirnya saya  urungkan niat tersebut dan membiarkan kain itu tersimpan dalam kotak. 

Di kala waktu senggang (sedang tidak mengerjakan order) dan mood sedang bagus, saya memilih dan memilah sisa-sisa kain tersebut. Saya bedakan sesuai ukuran (dari yang kecil sekali, kecil sampai ukuran sedang dan dibedakan sesuai warna (warna putih saya pisahkan dari warna lainnya). Setelah tahap memilih dan memilah, inilah yang saya lakukan dengan kain-kain itu

Saya kelompokkan perca flanel sbb : 
• Perca flanel Tipe 1 - Sisa kain dengan ukuran sangat kecil dan  tidak beraturan, saya gunakan sebagai bahan isian. Yah, itung-itung ngirit belanja dakron. Biasanya saya pakai sisa kain ini untuk membuat sesuatu yang tidak menuntut ke-empukan  atau membutuhkan fisik yang kokoh (maaf, bahasanya rada aneh.hehe).

Saya memanfaatkan limbah tipe 1 ini biasanya untuk isian strawberry, blueberry atau cherry. Selain itu saya juga memanfaatkannya untuk isian Thomas (dia butuh body yang kokoh). Tapi perlu diingat, semakin banyak atau  semakin padat isian menggunakan sisa kain, hasilnya akan sangat keras!! Jadi secukupnya saja ya..

• Perca flanel Tipe 2 - Sisa kain dengan ukuran kecil samapi sedang, tidak beraturan bentuknya dan tidak seragam. Tipe ini biasanya saya pilah lagi sesuai bentuknya. Misalnya, untuk yang bentuknya mendekati lingkaran saya gunakan untuk membuat bunga super simpel, yang hanya diputar/gulung langsung jadi. Sisa kain warna hijau (dengan bentuk tidak beraturan juga) saya gunakan untuk membuat semak-semak/rerumputan. Kalau ukurannya masih memungkinkan, saya gunakan untuk membuat daun.  Kain warna krem bisa saya pakai untuk membuat seiris kecil apel, dsb.
Dan kain sisa dari tipe 2 ini dikembalikan lagi ke bak tipe 1.



• Perca flanel Tipe 3 -  adalah sisa kain warna putih. Si putih ini sebaiknya jangan dicampur dengan warna lainnya, mengingat warna-warna lain akan mengotori sehingga kurang bagus kalau mau digunakan. Untuk kain yang berukuran kecil, saya potong-potong lebih kecil untuk membuat efek kelapa tabur atau bulir nasi. Untuk kain yang sedang dan bentuknya jelas (mendekati linkaran/persegi), bisa digunakan untuk membuat bunga atau bagian tengah buah kiwi. Sementara itu, sisa tipe 3 bisa dikembalikan/dicampur dengan tipe 1 untuk diolah lagi.

Sebenarnya masih ada beberapa contoh pemanfaatan perca flanel untuk kreasi lainnya. misalnya, ada yang membuat lukisan dari perca flanel dan saya pun ingin belajar membuatnya nanti..

Mungkin sebagian besar dari teman-teman menganggap cara saya ini ribet atau wasting time ya, silahkan saja berpendapat seperti itu. Tapi bagi saya pribadi yang punya niatan ngirit (hehe) dan punya semboyan "kalau bisa dipakai lagi, kenapa harus dibuang", keribetan semacam itu tidak masalah buat saya. Justru dengan cara ini saya bisa meningkatkan kreatifitas sehingga mampu menghasilkan karya yang bervariasi dan unik. Selain itu,  saya bisa ngirit (BUKAN mengurangi kualitas karya yang dihasilkan) dan ramah terhadap lingkungan karena sedikit sekali atau tidak ada bahan yang terbuang percuma.    

Nah itu dia sebagian tips yang bisa saya bagi berdasarkan pengalaman. Silahkan ambil yang bermanfaat, atau sekiranya ada saran dan kritik, silahkan diutarakan di sini. Sekian, jumpa lagi di tulisan saya berikutnya, insya Allah.

No comments:

Post a Comment

Speak up your mind ...