Pages

Nov 20, 2014

La La La, Aku Sayang Sekali, Doraemon!

Dari membaca judulnya, pasti tau lah apa yang akan saya tulis di sini. Ya, Doraemon! Sebenarnya ini adalah cerita lama, tetapi baru sekarang saya publikasikan.

Siapa sih yang tidak kenal Doraemon? Robot kucing berwarna biru yang berasal dari abad 21 ini sangat populer. Robot kucing gendut lucu  yang memiliki sebuah kantong ajaib dan bisa mengeluarkan  aneka macam perlatan canggih dari masa depan. Dia sangat loyal kepada sahabatnya, Nobita. Apapun yang diinginkan sahabatnya, Doraemon selalu siap membantu dengan perlatan yang dimilikinya. Meskipun terkadang Nobita menyalahgunakan kepercayaan Doraemon.

Ya sudah, cukup membahas mereka.  Lanjut ke topik yang sebenarnya. Seorang teman meminta saya untuk membuatkan gantungan kunci Doraemon. Tak tanggung-tanggung, dia meminta Doraemon Wisuda. Hmm, baiklah saya akan berusaha.

Setelah saya menerima 'tantangan' itu, saya harus memutar otak. Doraemon Wisuda? Berarti Doraemon harus memakai toga dong..., jubah dan topi yang warnanya hitam? Sepertinya tidak Doraemon seperti itu tidaklah menarik. Akhirnya saya kembali bernegosiasi dengan Nita. Saya tawarkan Doraemon-nya tidak usah pakai jubah, cukup topi wisuda saja. Kenapa? Meskipun wajah terlihat, namun badan Doraemon dengan kantong ajaib yang identik dengannya tidak akan nampak, bukan? Syukurlah, Nita menyetujuinya.   

Langkah selanjutnya, mencari pola. Dan ternyata susah sekali mendapatkan pola Doraemon 3D. Minta tolong pada Google dan bertanya pada teman tak mendapatkan hasil. Kebanyakan pola yang ada versi flat (2D). Apa boleh buat, sudah terlanjur terima tantangan, harus diselesaikan.

Saya mengumpulkan gambar Doraemon dengan berbagai pose. Saya amati gambar tersebut sembari membayangkan bentuk Doraemon 3D utuh. Saya teringat dulu waktu saya pernah memiliki boneka Doraemon. Andai saja saat ini boneka tersebut masih ada, mungkin bisa sedikit membantu saya. Akhirnya saya kembali ke Google. Mencoba mencari pola boneka Doraemon, dan lagi-lagi saya kurang beruntung. Saya tidak menemukan pola itu, tetapi saya menemukan foto sebuah boneka dengan berbagai posisi, depan, samping dan belakang. Dari foto itulah saya mulai mencoba membuat pola. Saya bagi Doraemon menjadi 2 bagian utama.

Bagian pertama, kepala Doraemon.
Kepala Doraemon memang hampir bulat seperti bola. Membuat kepala Doraemon dengan cara membuat bulatan (seperti saat membuat jeruk) memang mudah. Tetapi ternyata susah membentuk wajahnya. Cara ini saya tinggalkan. Selama 3 hari saya mencoba membuat pola kepala Doraemon. Mencoba membagi kepala menjadi beberapa bagian seperti saat membuat pinguin. Dan pada hari ke 4, setelah menghabiskan banyak kain, saya akhirnya berhasil.

Bagian kedua, badan Doraemon.
Badan doraemon pendek dan perutnya agak gendut. Tangan dan kakinya juga pendek. Dengan 2 potongan pola saja (depan dan belakang), saya tidak berhasil membentuk badan yang seperti itu. Akhirnya saya membuat 4 potongan pola untuk badannya. Hasilnya lebih bagus dari sebelumnya, namun lagi-lagi saya kurang puas. Ternyata setelah saya coba menggabungkannya dengan bagian kepala, Doraemon justru mirip Ade Rai. Badannya besar dan lebar. (Fotonya menyusul ya, belum ketemu file-nya. )

Bongkar lagi, coba lagi, bongkar lagi, coba lagi. Akhirnya berhasil juga membuat badan doraemon proporsional. Alhamdulillah



Meskipun saya berhasil membuat Doraemon dengan tubuh proporsional, masih saja ada yang membuat saya tidak puas. Warna. Saya kesulitan mencari warna yang benar-benar sesuai dengan warna asli Doraemon. Syukurlah, Nita memakluminya. Katanya yang penting bentuknya sudah mirip Doraemon.

Bagian terakhir memasang topi toga. Sangat mudah jika dibandingkan perjuangan saya membuat kepala atau badan Doraemon. Setelah selesai, jadinya seperti ini.
Coba perhatikan, Doraemon versi saya berwarna biru muda. Bagian kaki (sepatu) sepertinya kurang bagus dan harus diperbaiki. Sepatunya terlihat kurang berisi dan kaku. Meski masih banyak kekurangan, tetap suka melihat hasilnya. 

Nov 8, 2014

Flower Power | Hoop Art

Edisi ini masih melanjutkan rasa penasaran dengan Hoop Art. Apalagi setelah beberapa kali melihat karya salah seorang crafter, Mami Veve yang sering dipublikasikan di Facebook, saya semakin tertarik ingin membuatnya.

Beberapa waktu lalu saya sudah pernah membuat hiasan dinding menggunakan Embroidery Hoop dan aplikasi flanel. Dan pada kesempatan kali ini di sela-sela 'liburan', saya mencoba kembali membuatnya.

Hoop Art generasi kedua ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Saya masih menggunakan Hoop berbahan plastik. Bagian yang sedikit berbeda adalah aplikasi lukisan yang saya gunakan. Saya menggunakan 100% perca flanel.
Mengingat perca flanel memiliki warna, ukuran dan bentuk beragam, maka bunga adalah objek paling mudah dan cepat untuk dibuat. Bahkan perca flanel dengan lebar 1x1 cm pun bisa dijadikan bunga super mini! Dengan catatan, detail bunga bukanlah faktor utama.

Dan sebenarnya saya terinspirasi dari gambar yang saya temukan di Google beberapa waktu lalu.
Dan ternyata hasil akhirnya justru seperti ini.

Lukisan flanel ini menjadi lebih unik karena aplikasinya susah atau hampir tidak bisa untuk diduplikasi ulang sama persis. Seluruh aplikasi bunga (baik bentuk maupun ukuran) dibuat menyesuaikan bentuk dan ukuran perca yang ada. Dan sebagian besar mengandalkan lem tembak, kecuali bagian keranjang tetap menggunakan jahitan tangan.

Dan inilah hasilnya. Lukisan flanel generasi kedua dengan tema aneka bunga sederhana dalam sebuah keranjang anyam.  Hoop art siap mewarnai ruangan atau menghiasi pintu rumah anda.
Happy Crafting,